Syamsun masih ingat masa-masa awal mengajar, 27 tahun silam. Terutama pada sikap murid-murid yang dia ajar.
“Anak dulu dan sekarang beda,” ucap guru ilmu pengetahuan sosial (IPS) di SMP Negeri 2 Mojo, Kabupaten Kediri ini.
Baca Juga : Gaji Guru Tak Cukup? Begini Cara Mereka Sukses dengan Usaha Sampingan
Bedanya? “Soal attitude. Saat ini sikap murid kepada guru sangat kurang. Maksudnya, rasa hormat, sopan santun, itu sulit. Unggah-ungguhnya,” lanjut pria 54 tahun ini.
Toh, Syamsun tak ingin menyalahkan murid saja. Kondisi ini, menurutnya, juga dipicu faktor pandemi. Ada masa belajar yang terlewat, yang kemudian berpengaruh pada karakter mereka.
Sekarang ini, murid tak bisa dikerasi. Bahkan, jika ada guru yang ‘salah’ menghukum bisa runyam urusannya. Karena melibatkan orang tua dan penegak hukum.
Baca Juga : Guru ini sangat cantik sehingga muridnya terpesona
“Padahal, dulu guru diam saja murid sudah takut,” kenang lelaki yang pertama kali mengajar pada siswa angkatan 1982 ini.
Mukaromah, guru kelas 2 di SD Negeri 2 Banjaran Kota Kediri mengamini hal tersebut. Menurutnya mendidik anak zaman dulu dngan sekarang sangat berbeda. Tak boleh gegabah.
“Harus ekstra hati-hati. Anak-anak sekarang luar biasa. Tanggapan wali murid juga luar biasa,” kata pendidik yang punya pengalaman mengajar sejak 1993 ini.
Meskipun, secara pribadi, dia tak banyak mengubah cara dalam menghadapi siswa. Sebab, sejak dulu hingga sekarang, Rom-demikian dia biasa disapa-dikenal sebagai guru yang penyabar. Tak pernah menggunakan pendekatan ‘keras’ kepada siswa bermasalah.
Baca Juga : Gaji Tak Sesuai, Guru Beralih ke Bisnis Sampingan yang Menggiurkan!
Rom mengakui, kepatuhan siswa saat ini berbeda dengan masa awal mengajarnya.
“Dulu murid saat diajar itu diam (posisi tangan menyikap di meja, Red) dan mendengarkan. Sekarang sudah tidak bisa, mereka sukanya praktik langsung,” terang pengajar yang tinggal di di Desa Bulu, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri ini.
Sekarang, murid lebih berani berinteraksi dengan guru. Berani mengutarakan pendapat. Sisi posistifnya, guru dan murid lebih akrab.
Khoirul Anwarudin, s guru di SMPN1 Ngasem, Kabupaten Kediri, berpendapat, siswa-siswa era 1990-an punya motivasi belajar kuat. Bila punya kesalahan kemudian dijewer atau dicubit, akan langsung jera. Mereka segera instropeksi dan mengakui kesalahan.
Orang tua generasi itu juga sama. Mereka membiarkan anaknya yang bandel disanksi oleh guru. Bahkan, bila melapor atau ketahuan, yang dimarahi justru sang anak.
Lalu, bagaimana pola mendidik anak-anak zaman now? Fretty Fajarwati, guru di SMAN 1 Plosoklaten, Kabupaten Kediri, menyebut tidak zamannya lagi mendisiplinkan siswa dengan kekerasan, baik lisan maupun fisik. Apalagi, kurikulum Merdeka sudah memberi batasan.
“Menghadapi gen-Z ini, kita harus membangun disiplin positif,” terang guru bahasa Indonesia ini.
Dia kemudian menyebut penerapan segitiga restitusi. Yang tahapannya, menstabilkan identitas, memvalidasi tindakan salah, serta menanyakan keyakinan. Harapannya, siswa menyadari kesalahan dan mencari solusi. Tanpa ada takut atau minder.
“Guru berperan sebagai manajer, menggiring siswa melalui tahapan restitusi. Bukan lagi sebagai penghukum, pembuat rasa bersalah,” terangnya.
Bila terpaksa harus menghukum? Wanita warga Desa Klanderan, Kecamatan Plosoklaten itu memilih hukuman mendidik. Seperti, mengaji Alquran satu juz misalnya. “Agar mereka tahu bila melakukan A maka konsekuensinya B,” tegas guru 32 tahun ini.
Soal banyaknya guru yang dilaporkan polisi, Khoirul menyebut pentingnya peran guru bimbingan dan konseling (BK) yang harus optimal. Anak yang bandel dan tidak bisa ditegur harus dipanggil BK. Jika masih membandel akan dibuatkan surat pernyataan.
“Tidak serta merta langsung dikembalikan ke orang tua (dikeluarkan). Itu semacam warning, selagi tidak mengarah ke pidana, tetap kami bimbing,” terang laki-laki kelahiran 1966 ini.
Tapi, guru yang tegas dan galak tetap diperlukan. Untuk mengondisikan siswa agar tidak melunjak. “Jadi guru itu sabar, ikhlas, dan syukur,” tandas guru yang juga waka humas ininya.
0 Response to "Beda Dulu dan Sekarang, Inilah Kisah Para Guru yang Mengajar Lintas Generasi"
Post a Comment